Who is Syeikh Abdul Rahman As-Sudais


Dr. Abdul Rahman As-Sudais in born in 1961 at Riyadh, Saudi Arabia.He is the leading Imam at Masjidil Haram, Makkah. He had memorized the Quran by the age of 12.Growing up in Riyadh, Al-Sudais studied at the Al Muthana Bin Harith Elementary School, and afterwards the Riyadh Scientific Institution from which he graduated in 1979 with a grade of excellent. He obtained a degree in Sharia from Riyadh University in 1983, and became an IFK (Islamic Fundamental Knowledge) lecturer after the conclusion of his study. He obtained his Master's in Islamic fundamentals from the Sharia College of Imam Muhammad bin Saud Islamic University in 1987 and received his Ph.D. in Islamic Sharia from Umm al-Qura University in 1995 while working there as an assistant professor after serving at Riyadh University. He is respected for his precise, controlled, and particularly emotional recitation of the Qur'an in accordance with Tajweed, the rules of beautiful recitation. He was particularly called upon in the Ramadan Taraweeh prayers of 2006 (1427 AH) to recite the last few chapters of the Qur'an as well as to make the closing Dua followed by the millions of Muslims in Mecca as well as around the World by means of TV or radio.


Senyum dan Sepatah Bahasa China Syeikh Sudais Islamkan Lima Orang


Hidayatullah.com--Syeikh Abdurrahman Al-Sudais, salah seorang imam Masjidil Haram Mekah, memiliki suara bacaan Al-Qur`an yang khas, sehingga hampir semua kaum Muslimin yang pernah menunaikan haji atau umrah akrab dengan suaranya.



Oleh karena itulah suara merdu bacaan Al-Qur`an secara tartil (bacaan tanpa lagu) itu menyebar ke seantero dunia lewat kaset dan cakram digital (Compact Disc/CD). Dan, suaranya pun sering terdengar di masjid-masjid mancanegara.



Selain suara khas yang kadang-kadang membuat mata tidak terasa meneteskan air tangis haru, sang Imam yang bergelar doktor (S3) itu terkenal ramah dan lemah lembut, serta cepat akrab dengan siapa saja.



Sikap cepat akrab dan lemah lembut dengan selalu menebar senyum itulah yang membuat banyak orang betah menemaninya, apalagi untuk mengobrol seputar masalah-masalah agama.



Dan, satu lagi kelebihan Imam Masjidil Haram itu adalah senang "mengoleksi" banyak bahasa, walaupun hanya sepatah kata, terutama bahasa gaul. Senyum lembut, yang dalam ajaran Islam bernilai sedekah itu ditambah dengan sepatah bahasa setempat itulah membuat beberapa orang yang tadinya tidak mengenal Islam sama sekali,menjadi tertarik.



Salah satu contohnya terjadi saat sang imam menginap selama dua malam di salah satu hotel di "diplomatic area" di kota Beijing belum lama ini. Syeikh Sudais dapat meng-Islamkan lima orang China dari karyawan hotel tersebut yang tertarik dengan sikap sang imam.



"Di tengah malam dua warga China datang di kamar hotel, dan ia menyatakan ingin memeluk Islam. Saya jelaskan lewat seorang penerjemah lulusan salah satu Universitas Islam di Saudi, agar kunci pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadah," katanya seperti dikutip harian Al-Riyadh, Saudi, Senin (11/6).



Tidak beberapa lama lagi, tiga orang lainnya datang ke ruangan Syeikh Sudais yang tidak pernah ditutupnya dari sejak masuk hotel hingga kembali ke negaranya. Ketiga orang warga negeri Tirai Bambu itu datang berniat yang sama.



Setelah acara pengucapan kalimah syahadah, Syeikh menanyakan lewat penerjemah sebab mereka tertarik masuk Islam. Mereka serempak menjawab "tertarik dengan sikap Syeikh yang selalu hangat dengan senyum lembut".



"Selain itu, rasa percaya penuh kepada kami karena pintu kamar Syeikh selalu dibuka hingga meninggalkan hotel. Dan, satu lagi, sapaan Syeikh dengan bahasa China yang didapatnya pada hari pertama tiba," ujar mereka.



Paling tidak, pengalaman Syeikh Sudais itu sebagai salah satu bukti bahwa Islam tersebar bukan karena aksi teror, namun lewat sikap bersahaya dan keakraban kaum Muslimin terhadap sesama tanpa membedakan agama, bangsa, ras dan golongan.


sumber: Hidayatullah. com (2007)